Pemilihan Induk - Tempat pemijahan sebaiknya sudah disiapkan lebih awal dan minimal sehari sebelum induk mulai dimasukkan. Hal ini agar kualitas air menjadi lebih baik dan dapat diketahui kelancaran kerja dari sistem aerasi, filter, dan peralatan lainnya.
Keberadaan induk sangat mendukung keberhasilan dalam pemijahan, untuk itu induk harus memenuhi syarat agar dapat dipijahkan dengan baik.
1. Jenis kelamin
Agar dapar berpijah perlu adanya induk jantan dan induk betina. Membedakan jantan dan betina tidaklah sulit, tetapi perlu ketelitian.
A. Induk Jantan
Tubuh induk jantan berwarna mencolok dan cemerlang. Ukuran tubuh induk jantan rainbow lebih besar dibandingkan dengan induk betina. Induk jantan dan betina harus yang sudah matang gonad, biasanya berumur 6-7 bulan atau panjang tubuhnya 5 cm.
Untuk induk ikan hias kongo tetra kuning, warna kuningnya sangat cerah seperti pelangi dan lebih kontras.
Sebaiknya dipilih induk jantan yang warna tubuhnya paling kontras di antara induk jantan lainnya, pada bagian tengah sirip ekor terdapat sirip yang memanjang atau rumbai-rumbai, sirip punggungnya lebih panjang dibanding betinanya.
B. Induk Betina
Selain dari ukuran dan umur ikan, induk ikan hias rainbow yang sudah matang gonad dapat dilihat dari perilakunya yang cenderung tidak ingin disaingi.
Induk betina dipilih yang perutnya membulat karena menandakan sudah siap untuk memijah. Warna tubuh induk betina ikan hias kongo tetra agak pucat.
Pada sirip ekor induk betina tidak terdapat rumbai panjang, tetapi cenderung membentuk cagak, di tengah-tengah cagak terdapat tonjolan kecil seperti sirip yang baru tumbuh. Pada sirip perut yang sedang mengembang akan tampak seperti sebuah segitiga tumpul.
Sirip punggungnya lebih pendek dibanding induk jantan, bagian perutnya membulat atau membengkak.
2. Umur
Umur indukan ikan hias rainbow minimal sudah mencapai 6-7 bulan atau panjang tubuhnya 5 cm. Sedangkan untuk ikan hias kongo tetra minimal harus yang sudah berumur 8-12 bulan atau panjang tubuhnya sudah mencapai 5 cm.
Induk yang kurang umur pun masih bisa menghasilkan telur dan anak, akan tetapi kualitas telurnya kurang baik. Telur yang kurang baik akan menghasilkan keturunan yang lemah, sedangkan induk yang sudah terlalu tua akan menghasilkan anakan yang kurang baik.
3. Keadaan Fisik
Induk dipilih yang tidak cacat karena merupakan ikan sehat. Induk yang sakit dapat menghambat proses pemijahan.
Bentuk tubuh induk harus proposional dan tidak bengkok, keadaan sirip-siripnya bagus dan lengkap, pergerakannya lincah dan tidak malas.
C. Perawatan Dan Pemasukkan Induk
Induk yang akan dipijahkan sebaiknya dirawat terlebih dahulu. Perawatan induk harus dipisahkan antara jantan dan betina. Perawatan ini dilakukan selama 1-2 minggu sebelum induk dimasukkan ke dalam akuarium pemijahan.
Selain harus di berikan perawatan dengan baik, induk juga perlu diberi perlakuan khusus dengan cara direndam dalam larutan garam dapur, Methylene Blue ( Metil Biru ), Malachite green atau antibiotika, hal ini dilakukan sebagai pencegahan atau pengobatan. Bila untuk pencegahan, penggunaan obat tersebut harus dengan dosis yang rendah, yaitu 1 tetes per liter air dan dalam waktu hanya sekitar 30 menit.
Akan tetapi bila untuk pengobatan, dosisnya sekitar 1mg/l air dan waktunya selama 2-4 hari secara terus menerus tanpa diangkat.
Setelah jangka waktu tersebut dan ikan dalam 2-4 hari tersebut sudah tampak sehat maka bisa diberi sedikit pakan dan selanjutnya dapat dipindahkan ke akuarium pemijahan.
Pemasukkan induk dalam akuarium pemijahan tidak sekaligus, akan tetapi didahului oleh induk jantan. Biarkan induk jantan mengenal lokasi pemijahan selama beberapa menit barulah induk betina dimasukkan.
Perbandingan induk jantan dan induk betina adalah 1:2 atau 2:3 kepadatan induk dalam satu wadah pemijahan sekitar satu pasang untuk setiap 4 liter air.
Induk dibiarkan beradaptasi dengan lingkungan barunya selama kurang lebih sehari. Dalam masa adaptasi tersebut induk dibiarkan tanpa diberi pakan atau di puasakan.
Setelah dipuasakan, di hari berikutnya induk dapat diberi pakan sedikit demi sedikit untuk merangsang pematangan gonad. Jenis pakan yang dapat diberikan berupa pakan alami antara lain :
- Larva nyamuk
- Cacing sutra
- Atau udang rebon
Namun sebaiknya pakan buatan tersebut sudah diperkaya dengan karoten dan PUFA ( Omega 3 dan Omega 6 ). Karoten dan PUFA banyak terdapat pada udang-udangan seperti rebon dan kepala udang. Usahakan pakan buatan tersebut mengandung protein lebih dari 30% dan ukuran pelet sebaiknya agak halus.
Karoten dan PUFA dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan dan kualitas telur serta benih yang akan dihasilkan.
D. Proses Pemijahan
Untuk dapat memijah, induk menyukai suhu air 26°C dan pH air 7 (Netral). Keadaan air tersebut harus diperhatikan agar induk dapat melangsungkan pemijahan.
Pada saat dicampurkan induk jantan dan betina belum langsung memijah. Pemijahannya berlangsung setelah 1-2 hari kemudian.
Tanda induk jantan akan mulai memijah antara lain gerakannya tampak memikat induk betina, warna tubuhnya mulai menjadi cerah, dan siripnya sering dikembangkan. Gerakan memikat induk jantan antara lain berputar mengililingi media pemijahan dan sekali-kali masuk ke dalam substrat.
Pada hari ketiga atau keempat, induk jantan tampak mengejar induk betina yang sudah matang gonad dan mengajaknya ke lokasi bertelur. Pada saat ini ada sebagian induk yang kawin.
Apabila sudah terangsang, induk betina akan mengeluarkan telur-telurnya secara acak dan diikuti dengan gerakkan induk jantan menghimpit induk betina pada sisi kanan atau kiri untuk mengeluarkan sperma yang akan membuahi telur.
Telur-telur tersebut berukuran sangat kecil dan tidak berwarna (Transparan). Proses pemijahan belum akan selesai dalam waktu sehari, induk yang belum berpijah akan memijah pada hari berikutnya. Proses pemijahan diperkirakan akan selesai dalam 2-4 hari.
Pemijahan ikan hias rainbow sering tidak terdeteksi. Oleh karena itu sebaiknya subtrat tempat menempelnya telur harus selalu diperhatikan dua hari sekali.
Telur yang menempel tampak seperti butiran bening (Transparan). Selanjutnya induk-induk yang baru memijah dapat dikembalikan ke akuarium perawatan induk secara terpisah anatara jantan dan betina. Setelah 2-4 minggu induk tersebut dapat dipijahkan kembali.
E. Penetasan Telur
Akuarium untuk penetasan berukuran 30 cm x 30 cm x 15 cm. Akuarium diisi dengan air yang sudah diendapkan. Lengkapi akuarium dengan aerator agar kebutuhan oksigen tetap terpenuhi, tambahkan larutan metil biru sebanyak 1 tetes untuk 2 liter air. Metil biru berguna untuk mencegah atau mengurangi serangan jamur pada telur.
Telur-telur yang sudah dibuahi dipindahkan ke akuarium penetasan yang sudah disiapkan. Pemindahan telur dilakukan dengan cara disifon atau subtratnya dipindahkan sekaligus bila ada telur yang menempel.
Telur-telur akan menetas pada hari kelima setelah keluar dari induknya. Telur yang baru menetas disebut larva / burayak. sesaat setelah menetas larva ikan tidak diberi pakan karena sudah dibekali kuning telur sebagai makanannya.
Kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 4-5 hari, barulah larva diberi makan tambahan.
F. Perawatan Larva
Telur-telur yang telah menetas menjadi larva mulai memasuki masa kritis pada umur 5 hari setelah menetas, cadangan makanannya sudah mulai habis.
Apabila tidak diberi makanan tambahan maka larva tersebut akan mati. Pakan terbaik untuk diberikan pada larva-larva itu adalah pakan alami.
Jenis pakan alami yang cocok untuk larva umur 5 hari setelah menetas adalah insfusoria. Ukuran insfusoria cocok dengan bukaan mulut larva yang baru belajar makan. Pemberiannya sedikit demi sedikit untuk memastikan larva tersebut mulai makan.
Kalau tidak tersedia infusoria dapat digantikan dengan pakan seperti suspensi atau pakan buatan yang telah disaring dengan kain halus.
Larva yang mulai aktif makan harus diamati lebih cermat. Sebaiknya dicoba memberikan pakan sesering mungkin dengan jumlah sedikit demi sedikit, terutama untuk larva yang menetasnya tidak seragam.
G. Pendederan
Pendederan dimulai sejak larva umur sebulan hingga sekitar umur 2 bulan. Pendederan tersebut bertujuan untuk membesarkan larva.
1. Persiapan Wadah Untuk Pendederan
Wadah diisi air yang sudah diendapkan 4 hari dan dipasangkan aerator berudara halus agar tidak terbentuk ombak yang terlalu besar. Persiapan lain ialah membuat air menjadi matang atau sudah siap digunakan untuk pendederan.
Agar cepat matang, tambahkan daun pisang kering ke dalam air dan dapat juga ditambahkan dengan tanaman air. Penambahan tanaman air tidak mutlak, diberikan kalau tempat berlindung larva masih kurang baik. Sebelum dimasukkan tanaman air tersebut harus dicuci bersih agar terbebas dari penyakit.
2. Pemindahan Larva
Setelah wadah pendederan disiapkan, larva sudah bisa dipindahkan, tetapi harus dilakukan dengan ekstra hati-hati agar ikan tidak mengalami setres.
Sebelum dipindahkan, wadah penetasan bersisi larva direndam dalam wadah pendederan selama 15 menit, lalu masukan air dari wadah pendederan ke dalam wadah penetasan sedikit demi sedikit agar suhu air menjadi relatif sama.
Apabila suhu air sudah sama, tuangkan larva ke dalam wadah pendederan secara perlahan atau wadah penetasan dimiringkan agar larva keluar dengan sendiri ke dalam bak pendederan.
Kepadatan tebar larva sekitar 3-5 ekor per liter air. Kepadatan tebar ini belum menjadi patokan baku sebab masih disesuaikan dengan tempat atau daerah budi daya. Untuk itu penebaran sebaiknya dimulai dengan kepadatan penebaran yang rendah.
Baca juga artikel selanjutnya " Tentang Persiapan sarana pembesaran "